Peran Mahasiswa Indonesia Paling Ideal: Creator of Change, Iron Stock, Social Control, & Moral Force
Mahasiswa, secara etimologis berarti siswa yang di-maha-kan, siswa yang dihormati dan dihargai di lingkungan sekitar terutama lingkungan berbangsa bernegara. Bukan hanya itu, melainkan ada yang lebih substansial lagi, mahasiswa dalam menjalankan aktifitasnya dituntut untuk mandiri, kreatif, dan idependen.Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu komunitas unik yang khas, bahkan ada yang mengatakan sebagai suatu yang aneh. Mengapa demikian? Karena mahasiswa secara historis telah mencatatkan kaki dalam sejarah perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak perubahan. Komunitas mahasiswa dikenal dengan jiwa militannya dan pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi, mahasiswa mampu berada sedikit di atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,
Melihat potensi mahasiswa yang begitu besar, tidak sepantasnyalah peran mahasiswa yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi saja. Melainkan harus tetap berkontribusi terhadap bangsa dan negarnya. Seperti yang telah dituliskan di atas, mahasiswa bukan menjadi siswa yang tanggung jawabnya hanya belajar, mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat.
PATRON 2016
KUTIP FOTO INI SAYA BELUM IZIN, JIKA ADA KESALAHAN
HUB FB :GILBERT LASMONO
ID LINE: GILBERTLASMONO
Mahasiswa, secara etimologis berarti siswa yang di-maha-kan, siswa
yang dihormati dan dihargai di lingkungan sekitar terutama lingkungan
berbangsa bernegara. Bukan hanya itu, melainkan ada yang lebih
substansial lagi, mahasiswa dalam menjalankan aktifitasnya dituntut
untuk mandiri, kreatif, dan idependen.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu komunitas unik
yang khas, bahkan ada yang mengatakan sebagai suatu yang aneh. Mengapa
demikian? Karena mahasiswa secara historis telah mencatatkan kaki dalam
sejarah perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak
perubahan. Komunitas mahasiswa dikenal dengan jiwa militannya dan
pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih
substansial lagi, mahasiswa mampu berada sedikit di atas kelas
masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,
Melihat potensi mahasiswa yang begitu besar, tidak sepantasnyalah
peran mahasiswa yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi saja.
Melainkan harus tetap berkontribusi terhadap bangsa dan negarnya.
Seperti yang telah dituliskan di atas, mahasiswa bukan menjadi siswa
yang tanggung jawabnya hanya belajar, mahasiswa memiliki tempat
tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri
dari masyarakat.
Dalam konteks era kekinian, peranan mahasiswa mengalami pergeseran
nilai dan tujuan. Mahasiswa kini tak lagi idealis seperti dulu, banyak
peranan mahasiswa yang diboncengi oleh banyak kepentingan yang ada.
Selain itu, peranan mahasiswa yang seharusnya menjadi pembawa aspirasi
rakyat, kini mulai bergeser menjadi academic oriented saja
dengan hanya belajar sebagai kegiatan utama. Perlu ingat, mahasiswa
hakikatnya lahir dari RAHIM RAKYAT, dan sudah sepantasnyalah mahasiswa
membela kepentingan rakyat.
Penulis sebagai mahasiswa dapat memetakan setidaknya ada empat
peranan mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang harus
dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang seharusnya dan paling idealnya.
Creator of Change
Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen
perubahan. Penulis mengatakan itu tidaklah benar, mengapa? Karena dalam
defininya kata ”agen” hanya merujuk bahwa mahasiswa hanyalah sebagai
pembantu atau bahkan hanya menjadi objek perubahan, bukan sebagai
pencetus perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini peranan mahasiswa
banyak yang diboncengi pencetus perubahan lain seperti partai politik,
ormas, dan lainnya. Melihat dari kata ”pencetus”, mahasiswa seharusnya
dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.
Hal ini dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah
ideal, banyak sekali permasalahan bangsa yang ada, mulai dari korupsi,
penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mahasiswa yang
mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan bertindak bagaimana
mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Lalu, apa yang menjadi
alasan untuk berubah? Secara substansial, perubahan merupakan harga
mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan walaupun
keadaanya tetap diam –sudah menjadi hukum alam. Sejarah telah
membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda mulai
dari zaman nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain sebagainya. Maka
dari itu, mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi agen perubahan saja,
melainkan pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang
lebih baik.
Iron Stock
Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock
atau mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti
generasi-generasi sebelumny, tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia.
Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan
bangsa masa depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas
mahasiswa, kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik tentu akan
meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan.
Pasti timbul pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar
menjadi calon pemimpin yang siap pakai? Tentu jawabannya adalah dengan
memperkaya pengetahuan yang ada terhadap masyarakatnya. Selain itu,
mempelajari berbagai kesalahan yang ada pada generasi sebelumnya juga
diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan diri.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock? Bukan golden atau silver stock?
Hal ini masuk akal, karena sifat besi itu sendiri yang berkarat dalam
jangka waktu lama, sehingga diperlukan pengganti besi-besi sebelumnya.
Filosofi ini dapat dibenarkan, karena manusia yang disimbolkan sebagai
besi tentu akan mati dan kehilangan tenaganya, maka dari itu dibutuhkan
generasi manusia baru sebagai pengganti yang lebih baik.
Social Control
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak
beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dengan
gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki peranan menjaga dan
memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Mengapa harus
menjadi social control? Kita semua tahu, bahwa mahasiswa itu
sendiri lahir dari rahim rakyat, dan sudah seyogyanya mahasiswa memiliki
peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam
masyarakat.
Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya
memikirkan dirinya sendiri dalam bertindak. Usut punya usut, pemerintah
tidak menepati janji yang telah diumbar-umbar dalam kampanye mereka.
Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan merajalela dalam kehidupan
berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa yang notabene
sebagai anak rakyat harus bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang
dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai
kontrol sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada
keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan
ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah
mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari itu
mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja,
melainkan harus lebih substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain
sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap rakyat juga dapat
ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik secara moril
dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force?
Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan
teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena
mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang
memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak
kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat
dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum
terpelajar telah ditinggalkan begitu saja. Jika ini terjadi, kegiatan
mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan
menyebabkan generasi pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki goal menjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat
rentan, sebab posisi mahasiswa yang dikenal sebagai kaum idealis harus
berdiri tegap di antara idealisme mereka dan realita kenyataan. Realita
ini yang ada dalam masyarakat, di saat mahasiswa tengah berjuang membela
idealisme mereka, tenyata di sisi lain realita yang terjadi di
masyarakat semakin buruk. Saat mahasiswa berpihak pada realita, ternyata
secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu yang seharusnya
di implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum
ekslusif, kaum yang hanya bisa membuat kemacetan di kala aksi, tanpa
sekalipun memberikan hasil yang konkret, yang dapat dirasakan oleh
masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan dan peran mahasiswa saat ini
telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah tidak menganggap
peran mahasiswa sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang seharusnya
diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa harus dihapuskan.
Penulis berpendapat, bahwa peran mahasiswa saat ini seyogyanya memiliki
kesinergisan masyarakat dimana mahasiswa bernaung sebagai anak rakyat,
semoga.
”Wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke jalan…
Demi mempersembahkan jiwa dan raga, untuk negeri tercinta…”
semoga dapat memotivasi kalian, wahai para mahasiswa….
SUMBER: http://www.anakui.com/2010/02/23/peran-mahasiswa-indonesia-paling-ideal-creator-of-change-iron-stock-social-control-moral-force/
0 komentar:
Posting Komentar